“..Rumah Dara jelas adalah sebuah oase segar di padang pasir bagi perfilman Indonesia.”
DATA FILM
- Judul Film: Rumah Dara
- Genre: Survival Thriller
- Sutradara: Mo Brothers
- Penulis Skenario: Mo Brothers
- Produser: Delon Tio
- Studio Produksi: The Mo’s and Nation Pictures
- Negara: Indonesia
- Bahasa: Indonesia
- Durasi: 95 menit
- Tahun Rilis: 21 Januari 2010
PEMERAN UTAMA
- Shareefa Daanish sebagai Dara
- Julie Estelle sebagai Ladya
- Sigi Wimala sebagai Astrid
- Arifin Putra sebagai Adam
- Imelda Therine sebagai Maya
- Ario Bayu sebagai Adjie
SINOPSIS
Sehari sebelum kepergiannya ke Australia, Adjie bersama ke 3 teman dan istrinya, Astrid yang sedang mengandung anak pertama mereka melakukan kunjungan ke tempat kerja adik perempuannya, Ladya di suatu tempat di kota Bandung. Maksud kunjungan Adjie ini tidak lain untuk berdamai dengan Ladya yang menganggap kakak laki–lakinya itu bertanggung jawab atas kecelakaan yang menyebabkan orangtua mereka tewas.
Kecewa karena Ladya masih belum bisa memaafkannya, Adjie pun memutuskan untuk pulang. Namun karena desakan dan bujukan dari Astrid, Ladya pun bersedia untuk ikut pulang ke Jakarta mengantar kepergian mereka. Baru saja hendak pergi, mobil mereka harus terhenti karena kemunculan seorang perempuan cantik misterius yang mengaku baru saja dirampok. Tidak tega melihat kondisi perempuan yang mengaku bernama Maya itu, mereka pun memutuskan untuk menolong dan mengantar perempuan itu sampai kerumahnya.
Sesampainya di rumah Maya, rombongan tersebut diperkenalkan oleh sang pemilik rumah, seorang wanita cantik nan misterius bernama Dara yang kemudian menyambut mereka dengan ramah untuk beristirahat dan makan malam di ruman itu. Adjie yang sebenarnya tidak ingin berlama lama di tempat tersebut pun menjadi sungkan dan memutuskan untuk menerima jamuan dari Dara, sebuah keputusan yang akan sangat disesali olehnya nanti, sebuah keputusan yang menggiring mereka ke sebuah mimpi buruk yang tidak pernah mereka banyangkan sebelumnya, karena Dara dan anggota keluarga lainnya bukanlah orang biasa yang akan membiarkan mereka keluar hidup hidup.
Kecewa karena Ladya masih belum bisa memaafkannya, Adjie pun memutuskan untuk pulang. Namun karena desakan dan bujukan dari Astrid, Ladya pun bersedia untuk ikut pulang ke Jakarta mengantar kepergian mereka. Baru saja hendak pergi, mobil mereka harus terhenti karena kemunculan seorang perempuan cantik misterius yang mengaku baru saja dirampok. Tidak tega melihat kondisi perempuan yang mengaku bernama Maya itu, mereka pun memutuskan untuk menolong dan mengantar perempuan itu sampai kerumahnya.
Sesampainya di rumah Maya, rombongan tersebut diperkenalkan oleh sang pemilik rumah, seorang wanita cantik nan misterius bernama Dara yang kemudian menyambut mereka dengan ramah untuk beristirahat dan makan malam di ruman itu. Adjie yang sebenarnya tidak ingin berlama lama di tempat tersebut pun menjadi sungkan dan memutuskan untuk menerima jamuan dari Dara, sebuah keputusan yang akan sangat disesali olehnya nanti, sebuah keputusan yang menggiring mereka ke sebuah mimpi buruk yang tidak pernah mereka banyangkan sebelumnya, karena Dara dan anggota keluarga lainnya bukanlah orang biasa yang akan membiarkan mereka keluar hidup hidup.
TRAILER
REVIEW
Berawal dari film pendek, Dara yang merupakan salah satu segmen terbaik dari horor antologi, Takut, kini Mo Brothers selaku sutradara dan penulis Dara kembali menghadirkan lagi ketakutan dan kengerian bagi para penggemar slasher, dalam karya terbarunya, Rumah Dara.
Rumah Dara benar-benar memberikan angin segar di tengah gempuran film-film Indonesia, yang hampir sebagian besar terjebak dalam kualitas film yang bisa dibilang menyedihkan. Walaupun tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam genre slasher, namun karena jarang atau bahkan belum adanya film-film bertipe seperti ini di Indonesia, ditambah digarap dengan sangat baik oleh dua sutradara muda berbakat ini, menjadikan Rumah Dara sebagai film terbaik di genre-nya untuk saat ini.
Dari segi teknis, film yang memiliki judul internasional Macabre ini, digarap dengan serius. Terbukti dengan set, make up dan spesial efeknya yang digarap sangat meyakinkan, membuat kengerian dan kekejaman yang ditampilkan benar-benar terasa “menusuk”, apalgi bagi yang belum terbiasa dengan film-film sadis seperti ini. Sayang seperti pada filmnya yang banyak menampilkan adegan potong memotong, versi bioskopnya pun juga tidak ketinggalan juga ikut mengalami “pemotongan” dari LSF yang cukup banyak, sehingga secara tidak langsung mengurangi kenikmatan menonton.
Beberapa kekurangan juga banyak menghiasi film 95 menit ini. Seperti alurnya yang termasuk lambat untuk sebuah film slasher, banyak adegan-adegan klise yang mudah ditebak, suara Dara yang terasa aneh dan terlalu kaku, padahal pada versi film pendeknya tidak seperti itu, dan dari sekian banyak pemain yang bermain hanya 2 orang yang paling menonjol yaitu Shareefa Danish dan Arifin Putra. Selebihnya standar-standar saja.
Overall, Rumah Dara jelas adalah sebuah oase segar di padang pasir bagi perfilman Indonesia. Dengan berani Mo Brothers mendobrak kebiasaan “latah” industri film Indonesia, dengan mengangkat genre slasher berkualitas, yang bisa dibilang sesuatu yang jarang ditampilkan di negara ini.
(Hary/Kitareview.com)
Rumah Dara benar-benar memberikan angin segar di tengah gempuran film-film Indonesia, yang hampir sebagian besar terjebak dalam kualitas film yang bisa dibilang menyedihkan. Walaupun tidak menawarkan sesuatu yang baru dalam genre slasher, namun karena jarang atau bahkan belum adanya film-film bertipe seperti ini di Indonesia, ditambah digarap dengan sangat baik oleh dua sutradara muda berbakat ini, menjadikan Rumah Dara sebagai film terbaik di genre-nya untuk saat ini.
Dari segi teknis, film yang memiliki judul internasional Macabre ini, digarap dengan serius. Terbukti dengan set, make up dan spesial efeknya yang digarap sangat meyakinkan, membuat kengerian dan kekejaman yang ditampilkan benar-benar terasa “menusuk”, apalgi bagi yang belum terbiasa dengan film-film sadis seperti ini. Sayang seperti pada filmnya yang banyak menampilkan adegan potong memotong, versi bioskopnya pun juga tidak ketinggalan juga ikut mengalami “pemotongan” dari LSF yang cukup banyak, sehingga secara tidak langsung mengurangi kenikmatan menonton.
Beberapa kekurangan juga banyak menghiasi film 95 menit ini. Seperti alurnya yang termasuk lambat untuk sebuah film slasher, banyak adegan-adegan klise yang mudah ditebak, suara Dara yang terasa aneh dan terlalu kaku, padahal pada versi film pendeknya tidak seperti itu, dan dari sekian banyak pemain yang bermain hanya 2 orang yang paling menonjol yaitu Shareefa Danish dan Arifin Putra. Selebihnya standar-standar saja.
Overall, Rumah Dara jelas adalah sebuah oase segar di padang pasir bagi perfilman Indonesia. Dengan berani Mo Brothers mendobrak kebiasaan “latah” industri film Indonesia, dengan mengangkat genre slasher berkualitas, yang bisa dibilang sesuatu yang jarang ditampilkan di negara ini.
(Hary/Kitareview.com)