“Satu lagi novel thriller misteri lahir dari seorang debutan yang memukau, Jed Rubenfeld.”
DATA BUKU
- Judul Buku: The Interpretation of Murder
- Jenis Buku: Novel
- Genre: Thriller dan Misteri
- Penulis: Jed Rubenfeld
- Penerbit: Ufuk Press
- Bahasa: Indonesia
- Cetakan Pertama: Maret 2007
- Tebal Buku: 610 + VI
- Dimensi Buku (P x L): 12,5 x 19 cm
- No ISBN: 979-1238-30-8
- Website Resmi Penerbit: http://www.ufukpress.com
- Harga:
- Gramedia: Rp.55.000
- BukuKita.com: Rp.44.000
(Harga Update Desember 2009)
KARAKTER UTAMA
- Sigmund Freud
- Nora Acton
- Dr. Stratham Younger
- Carl Jung
SINOPSIS
Pada 1909, seorang jenius besar, Sigmund Freud—yang pemikirannya tentang tingkah laku manusia, seks dan psikologi, telah menyulut perdebatan sengit di seluruh dunia—berkunjung ke New York, Amerika untuk menerima penghargaan gelar kehormatan. Bersama Freud, datang juga murid sekaligus saingannya, Carl Jung.
Pada hari yang sama, di dalam sebuah Penthouse mewah, seorang perempuan cantik, hampir bugil, ditemukan terbunuh—dicambuki, disayat-sayat dan lehernya dijerat dengan dasi sutra. Seorang gadis bernama Nora Acton, nyaris menjadi korban kedua pembunuh itu. Saking traumanya, Nora tak dapat mengingat serangan yang menimpanya dan siapa yang menyerangnya. Karena diminta untuk memecahkan kasus ini, Dr. Stratham Younger—seorang dokter Amerika dan pendukung fanatik Freud—memohon bantuan Freud untuk dapat menguak siapa sebenarnya pembunuh itu dengan memulihkan ingatan Nora, gadis yang ternyata masa lalu keluarganya serumit masa lalu Younger.
Perburuan pembunuh misterius ini berlangsung di seluruh kota New York, dari ruang dansa yang anggun, Waldrof-Astoria, ke ruang-ruang pertemuan mewah Gramercy Park, melalui lorong-lorong rahasia, ke Chinatown, hingga ke gedung-gedung pencakar langit di Manhattan. Sementara perburuan terus berlangsung, Younger terseret-seret krisis lainnya: ia terjerat cinta Nora Acton, pasien cantiknya, dan ia juga mengetahui ada serangkaian kejadian aneh yang dicurigai untuk menjatuhkan nama baik Freud…
Pada hari yang sama, di dalam sebuah Penthouse mewah, seorang perempuan cantik, hampir bugil, ditemukan terbunuh—dicambuki, disayat-sayat dan lehernya dijerat dengan dasi sutra. Seorang gadis bernama Nora Acton, nyaris menjadi korban kedua pembunuh itu. Saking traumanya, Nora tak dapat mengingat serangan yang menimpanya dan siapa yang menyerangnya. Karena diminta untuk memecahkan kasus ini, Dr. Stratham Younger—seorang dokter Amerika dan pendukung fanatik Freud—memohon bantuan Freud untuk dapat menguak siapa sebenarnya pembunuh itu dengan memulihkan ingatan Nora, gadis yang ternyata masa lalu keluarganya serumit masa lalu Younger.
Perburuan pembunuh misterius ini berlangsung di seluruh kota New York, dari ruang dansa yang anggun, Waldrof-Astoria, ke ruang-ruang pertemuan mewah Gramercy Park, melalui lorong-lorong rahasia, ke Chinatown, hingga ke gedung-gedung pencakar langit di Manhattan. Sementara perburuan terus berlangsung, Younger terseret-seret krisis lainnya: ia terjerat cinta Nora Acton, pasien cantiknya, dan ia juga mengetahui ada serangkaian kejadian aneh yang dicurigai untuk menjatuhkan nama baik Freud…
REVIEW
Satu lagi novel thriller misteri lahir dari seorang debutan yang memukau, Jed Rubenfeld. Dia meramu sebuah persilangan jenius: Hamlet, Sigmund Freud, Amerika pada tahun 1909, dan pembunuhan misterius. Berlatarkan kota New York yang sedang dalam masa membangun diri. Sigmund Freud dan Carl Jung diundang hadir ke Amerika untuk menerima anugerah serta memberikan kuliah pada salah satu universitas ternama di Amerika. Namun pada waktu bersamaan terjadi kasus pembunuhan sadis yang mau tidak mau melibatkan Freud dan kawan-kawan untuk memecahkannya.
Salah satunya ialah pengikut fanatik Freud, Dr. Stratham Younger. Dia menangani Nora Acton, calon korban kedua dari pembunuh misterius yang selalu mencekik korban dengan dasi sutera dan menggantungnya. Dalam mengungkap kasus ini, akhirnya Younger berkenalan dengan seorang detektif berbakat, James Littlemore. Bahu membahu mereka menuntaskan kasus ini dan membongkar kebobrokan kaum bangsawan, penyimpangan seksual, pejabat korup, dan buruknya nasib buruh di New York.
Selain itu, polemik moral dan kebanggaan Freud akan teorinya serta hubungannya dengan para pengikutnya, terutama Jung berlangsung kompleks disajikan secara menarik. Ditambah lagi intrik oleh oknum-oknum yang ingin menjatuhkan reputasi Freud.
Seperti novel thriller misteri pada umumnya, pembaca diajak untuk menduga-duga sejak awal siapa pembunuh yang dimaksud. Apalagi ada prolog pemancing, yaitu adegan pembunuhan sadis yang dilakukan oleh tersangka dan ‘kata-kata mutiara’ yang dideskripsikan secara dramatis.
Selain itu, yang menarik dari novel ini adalah keberanian sang penulis untuk membawa ilmuwan seperti Freud, Jung, dan Ferenczi ke dalam cerita. Maka jangan heran banyak istilah psikologi muncul, misalnya neurosis, Oedipal, dan interpretasi mimpi (dari karya Freud “Interpretation of Dream”). Hal itu menelurkan dialog-dialog cerdas akibat persaingan unjuk diri antara para ilmuwan.
Di samping itu, percakapan dalam Hamlet tentang “to be” dan “not to be” menjadi pertanyaan besar dari Dr. Younger Stratham si tokoh utama. Pertanyaannya itu membawanya pada konklusi cerdas di akhir cerita, bahkan dia dapat mematahkan teori Oedipus serta menjawab arti dari “to be” dan “not to be” yang tidak bisa dipecahkan oleh siapapun selama bertahun-tahun.
Yang jelas, penggemar novel jenis ini akan merasa dimanjakan ketika membacanya. Selamat membaca!
Salah satunya ialah pengikut fanatik Freud, Dr. Stratham Younger. Dia menangani Nora Acton, calon korban kedua dari pembunuh misterius yang selalu mencekik korban dengan dasi sutera dan menggantungnya. Dalam mengungkap kasus ini, akhirnya Younger berkenalan dengan seorang detektif berbakat, James Littlemore. Bahu membahu mereka menuntaskan kasus ini dan membongkar kebobrokan kaum bangsawan, penyimpangan seksual, pejabat korup, dan buruknya nasib buruh di New York.
Selain itu, polemik moral dan kebanggaan Freud akan teorinya serta hubungannya dengan para pengikutnya, terutama Jung berlangsung kompleks disajikan secara menarik. Ditambah lagi intrik oleh oknum-oknum yang ingin menjatuhkan reputasi Freud.
Seperti novel thriller misteri pada umumnya, pembaca diajak untuk menduga-duga sejak awal siapa pembunuh yang dimaksud. Apalagi ada prolog pemancing, yaitu adegan pembunuhan sadis yang dilakukan oleh tersangka dan ‘kata-kata mutiara’ yang dideskripsikan secara dramatis.
Selain itu, yang menarik dari novel ini adalah keberanian sang penulis untuk membawa ilmuwan seperti Freud, Jung, dan Ferenczi ke dalam cerita. Maka jangan heran banyak istilah psikologi muncul, misalnya neurosis, Oedipal, dan interpretasi mimpi (dari karya Freud “Interpretation of Dream”). Hal itu menelurkan dialog-dialog cerdas akibat persaingan unjuk diri antara para ilmuwan.
Di samping itu, percakapan dalam Hamlet tentang “to be” dan “not to be” menjadi pertanyaan besar dari Dr. Younger Stratham si tokoh utama. Pertanyaannya itu membawanya pada konklusi cerdas di akhir cerita, bahkan dia dapat mematahkan teori Oedipus serta menjawab arti dari “to be” dan “not to be” yang tidak bisa dipecahkan oleh siapapun selama bertahun-tahun.
Yang jelas, penggemar novel jenis ini akan merasa dimanjakan ketika membacanya. Selamat membaca!
(yasyus/Kitareview.com)