“..buku ini dianjurkan untuk dibaca oleh siapa saja yang menyukai kisah-kisah cinta manis-pahit dan melankolis.”
DATA BUKU
- Judul Buku: Lovaskeptika
- Jenis Buku: Kumpulan Cerpen
- Genre: Percintaan
- Penulis: Dadan Erlangga
- Penerbit: Masmedia Buana Pustaka
- Bahasa: Indonesia
- Cetakan Pertama: Februari 2009
- Tebal Buku: 145 + xiv halaman
- Dimensi Buku (P x L): 11 cm x 17,5 cm
- No. ISBN: 602835062-1
- Website Resmi Penerbit: http://www.masmediabooks.com
- Harga:
- Rp.24.000 (Harga Update Maret 2010)
KARAKTER UTAMA
- Lisa
- Dante
- Sam
- Miska
- Elly
- Paul
- Luna
SINOPSIS
REVIEW
“Ya, memang, sebagian perempuan lebih menyukai lelaki yang unik daripada yang baik. Dan kebanyakan istri lebih menyukai suami yang baik daripada yang unik.” –Tertusuk, Lovaskeptika.
Kutipan di atas adalah salah satu kalimat menarik yang bisa Anda temukan dalam sebuah cerpen, pada buku Lovaskeptika karya Dadan Erlangga. Lovaskeptika adalah nama buku kumpulan cerpen yang akan mengajak Anda untuk menelusuri relung-relung emosi manusia, yang didefiniskan oleh kamus tak tertulis sebagai “cinta”. Apabila cinta diibaratkan sebagai semangkuk penuh nasi, maka dalam buku ini, cinta yang dibahas bukanlah pada porsi semangkuk nasi itu, melainkan pembahasan pada tekstur tiap butiran nasinya, detil-detil yang demikian halus yang kadang Anda abaikan.
Pada halaman awal, Andaakan menemukan sebuah sinopsis dan daftar tokoh (ada 7 tokoh, pria dan wanita) yang sebenarnya tidak begitu penting, kecuali bagi pembaca yang punya kebiasaan selalu melupakan tokoh. Namun, karena buku ini pada hakekatnya bukanlah sebuah novel, melainkan kumpulan cerpen, maka seluruh bagian pembuka tersebut bisa Anda abaikan sama sekali tanpa mengurangi kenikmatan membaca. Hal tersebut disebabkan karena hubungan antar cerpen yang ada dalam buku ini terasa amat lemah satu sama lain, sehingga tidak masalah Anda mulai membaca dari cerita yang mana saja.
Apabila diibaratkan dengan sebuah tayangan televisi, maka Lovaskeptika adalah sebuah serial lepas yang tiap episodenya menyajikan cerita berbeda dengan tujuh orang aktor/aktris yang sama. Kita tidak bisa menyangkal bahwa kekuatan dari buku ini bukanlah pada penokohannya, tapi pada deskripsi dan eksplorasi temanya. Hal itu dibuktikan dengan kebiasaan Dadan sebagai penulis yang seringkali menggunakan sudut pandang orang pertama dalam tiap cerpen di buku ini. Sementara tidak ada perbedaan yang mendasar dalam gaya bahasa setiap tokoh “aku”-nya—semuanya hampir selalu melankolis dan sarat dengan kata-kata yang mendalam. Dengan kata lain, semua tokoh itu adalah sang penulis. Satu hal yang bisa dianggap sebagai kekurangan.
Dalam hal deskripsi, Dadan adalah penulis pemula yang sama sekali tidak bisa diremehkan. Narasi dan deskripsi yang ia hadirkan memiliki cita rasa yang mengalun lembut dan merasuk ke dalam benak pembacanya. Tentunya hal ini menjadi klop ketika ia membawakan tema percintaan, dan akan menjadi bencana kalau misalnya ia membuat genre action-thriller. Syukurlah Lovaskeptika adalah buku tentang cinta.
Tentu saja ada jutaan buku fiksi yang mengangkat tema cinta di luar sana, sebab itu ada kelompok orang yang percaya bahwa “tema cinta gak ada matinya”. Eksplorasi Dadan dalam masalah cinta pada buku Lovaskeptika ini tampak sudah begitu mendalam. Saya tidak akan terburu-buru mengaitkan semua tema-tema itu (tentang patah hati, kehidupan malam, perselingkuhan, seks bebas, bahkan homoseksualitas) dengan pribadi penulis. Namun tentunya Anda dapat mengira-ngira bahwa penulis buku ini adalah seorang observator yang handal, terhadap berbagai lika-liku kehidupan percintaan di sekelilingnya. Pembaca akan dengan mudahnya merasakan getaran emosi apabila memiliki pengalaman percintaan yang bersinggungan dengan salah satu cerpen dalam buku ini (kecuali mereka yang tidak punya pengalaman cinta atau mereka yang pengalaman cintanya selalu lurus-lurus saja).
Don’t judge a book by it’s cover, adalah pepatah yang sebaiknya [di]berlaku[kan] pada Lovaskeptika. Desain sampul yang sangat minimalis dan malah bisa dibilang terlalu seadanya, serta ukuran buku yang mungil, mungkin akan membuat sebagian orang menjadi “skeptik” pada Lovaskeptika. Apalagi karena kumpulan cerita pendek seringkali dianaktirikan atau dipandang sebelah mata oleh industri buku saat ini, seolah membuat cerpen adalah pekerjaan iseng semata. Kelemahan dalam buku ini memang dari segi pengemasannya, baik di bagian luar (cover) maupun bagian dalamnya (tidak ada kata pengantar yang pas, sinopsis yang kurang perlu, layout yang tidak maksimal). Selain itu dalam pemilihan jenis huruf dan ukuran spasi, terdapat kesan terlalu berusaha memperbanyak jumlah halaman.
Melihat besarnya potensi yang terkandung dalam Lovaskeptika, maka buku ini dianjurkan untuk dibaca oleh siapa saja yang menyukai kisah-kisah cinta “manis-pahit dan melankolis”. Melihat besarnya potensi yang terkandung dalam diri penulisnya, maka karya ini belumlah karya masterpiece dari Dadan Erlangga, sebab Kita, dan mungkin juga Anda, layak bertaruh untuk karya selanjutnya yang jauh lebih baik lagi.
(Rivai/Kitareview.com)