“Pembaca bisa merasakan kesan mengalir dari adegan-adegan pada novel ini dalam arah yang sulit ditebak..”
DATA BUKU
- Judul Buku: Bag of Bones (Sekantong Tulang)
- Jenis Buku: Novel
- Genre: Thriller
- Penulis: Stephen King
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Cetakan Pertama: Juni 2001
- Tebal Buku: 560 halaman
- Dimensi Buku (P x L): 15 x 23 cm
- ISBN: 979–686–437–1
- Website Resmi Penerbit: http://www.gramedia.com
- Harga:
- Gramedia: Rp.58.000 (Harga Update April 2010)
KARAKTER UTAMA
- Mike Noonan (Seorang penulis yang ditinggal mati istrinya)
- Mattie (Janda muda yang ditemui Mike)
- Kyra (Anak Mattie)
- Max Devore (Mertua Mattie, seorang jutawan yang ingin mengambil alih Kyra)
- John Storrow (Pengacara yang disewa Mike)
SINOPSIS
Namun ke sanalah ia kembali. Dari luar, suasana di tempat itu tampak biasa saja. Namun di bawah permukaan tenang itu tersimpan kejahatan masa lalu yang melibatkan begitu banyak orang, dosa-dosa para ayah yang mesti dibayar oleh generasi berikutnya. Mike memilih bertahan di Sara Laughs, walau yakin tempat itu berhantu, sebab di sanalah kemampuannya mengarang pulih kembali.
Selain itu, instingnya mengatakan mendiang istrinya menyimpan rahasia yang berkaitan dengan rumah tersebut.
REVIEW
Apabila Anda bandingkan dengan inti cerita novel ini yang pada dasarnya hanya mengenai balas dendam arwah penasaran dan betapa panjangnya tulisan, mungkin Anda bisa sekali lagi menuduh bahwa King telah melakukan overwriting dalam novel ini. Oleh karena itu, bagi pembaca yang ketahanan membacanya sangat rendah dan cepat bosan, mungkin harus berjuang keras selama paruh pertama novel ini—yang itu artinya sekitar 250 halaman.
Dalam novel ini, King menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu sebagai Mike Noonan yang merupakan seorang penulis. Hal ini sangat menarik, sebab Anda akan dapat merasakan bagaimana King seolah memasukkan emosi dan pengalaman pribadinya pada tokoh ini. Apalagi karena latar novel ini adalah di daerah Maine, tempat King lahir dan tumbuh dewasa. Sifat witty, humoris dan sinis King yang selama ini sudah banyak dikenal oleh penggemarnya, juga dapat Anda rasakan dalam tokoh Mike Noonan. Mungkin humor sinis inilah yang akan menjadi penolong dan penghibur dalam menempuh dua ratus halaman pertama. Humor-humor sinis tersebut bisa membuat Anda tersenyum atau bahkan tertawa dalam suasana yang paling mencekam sekalipun.
Stephen King berusaha membangun cerita dalam novel ini secara pelan namun pasti. Pengenalan tokoh disampaikan secara rinci dan mendalam, meskipun semuanya diceritakan melalui kacamata subjektif sang tokoh utama. Begitu pula dengan pengenalan latar tempat dan waktu yang mengandung deskripsi kuat. Walaupun gaya penceritaan ini terkesan lambat dan agak membosankan, namun pada akhirnya kita justru akan merasa akrab dengan tokoh-tokoh dalam cerita ini, bahkan tidak jarang melibatkan emosi Anda ketika suatu hal terjadi pada tokoh-tokoh tersebut.
Nuansa thriller dalam novel ini juga dibangun secara perlahan, namun lama-kelamaan semakin meningkat dan pada akhirnya mencapai klimaks. Kengerian dalam Sara Laughs dimulai ketika magnet-magnet di pintu lemari es Mike bergerak dengan sendirinya dan membentuk pesan misterius, lalu suara-suara aneh dari rumah yang seolah hidup, sampai kepada adegan menegangkan penuh aksi di bagian akhir cerita. Adegan-adegan tersebut cukup berkesan sehingga sulit dilupakan.
Hubungan emosional antara Mike dan Mattie juga terbangun dengan baik. Dari kerinduan Mike terhadap sosok perempuan sampai kepada dorongan-dorongan seksualnya terhadap Mattie diceritakan secara realistis. Begitu pula persaingan Mike dengan Max Devore, mertua Mattie yang kaya raya dan ingin mengambil alih Kyra. Pada pertengahan bagian cerita, sebagian besar misteri baru mulai terkuak, bahwa semua gangguan yang Mike alami selama ini ternyata tidak hanya mengenai dirinya sendiri, tapi menyangkut masa lalu yang kelam dari Sara Laughs dan penduduk sekitar.
King pernah menuliskan dalam memoarnya pada buku On Writing, bahwa ia terbiasa untuk tidak membuat rancangan plot (kerangka karangan) dalam menulis cerita. Ia hanya menyusun tokoh-tokoh dan suasana yang akhirnya akan bergerak dan membentuk cerita sendiri. Teknik ini memungkinkan ia untuk membuat cerita yang lebih mengalir dan tidak kaku. Bag of Bones adalah salah satu novel yang ia tulis menggunakan teknik tersebut.
Pembaca bisa merasakan kesan mengalir dari adegan-adegan pada novel ini dalam arah yang sulit ditebak, sehingga seringkali membuat Anda bertanya-tanya hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Kekurangannya adalah, arah cerita yang terlalu mengalir seringkali membuat Anda merasa bahwa penulisnya menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting, seperti tokoh-tokoh sampingan yang dideskripsikan terlalu rinci. Memang, pada kenyataannya dalam novel ini, King beberapa kali menghadirkan tokoh-tokoh dari novelnya yang lain walau hanya sebagai cameo.
Bag of Bones, meskipun telah mendapatkan penghargaan British Fantasy Awards 1999 dan Bram Stoker Awards untuk novel terbaik 1998, namun sepertinya bukanlah karya masterpiece dari seorang penulis legendaris seperti Stephen King, terutama bila dibandingkan dengan karya-karyanya yang lain. Namun novel ini tetap perlu dibaca, terutama bagi para penggemar cerita thriller bergaya Amerika dan fans berat Stephen King yang ingin mengecap cerita menegangkan plus humor sinisnya. Setelah membaca novel ini, cobalah perhatikan, apakah magnet-magnet alfabet di pintu lemari es Anda pernah berpindah posisi tanpa Anda sadari? 🙂
(Rivai/Kitareview.com)