“Dari konflik yang diangkat An. Ismanto, akan mengingatkan Anda pada sejarah petualangan cinta orang-orang besar.”
DATA BUKU
- Judul Buku: David
- Jenis Buku: Novel
- Genre: Fiksi – Dewasa
- Penulis: An. Ismanto
- Penerbit: Grafindo Litera Media
- Cetakan Pertama: Maret 2006
- Bahasa: Indonesia
- Tebal Buku: 208 halaman
- Dimensi Buku (Px L): 11,5 x 17,5 cm
- Website Resmi Penerbit: –
- No ISBN: 9793896-16-7
- Harga Buku:
- Gramedia: Rp.30.000 (Harga Update April 2011)
KARAKTER UTAMA
- David
- Alfa
- Mega
- Guli
- Pak Joko
SINOPSIS
misterius telah menjadi anak kunci pembuka rahasia yang selama ini
tertutup rapat dalam keluarga alfa. Seorang adik perempuan yang dipuja
sebagai malaikat tak berdosa ternyata seorang sundal cantik yang licik.
Guli dan Pak Joko, musuh besar dan orang yang amat dihormatinya, pernah
menjalin kebiadaban dengan sang adik. Di balik topeng suci yang selalu
dikenakan tersembunyi wadah setan yang paling iblis. Alfa sungguh
bergidik mengetahui semua kebenaran itu, ia tak bisa terima dan goyah
karenanya.
Lelaki asing itu, Alfa memang tak mengenalnya. Tapi siapakah dia
sesungguhnya, malaikatkah, monsterkah, ibliskah, mengapa semua berubah
menajdi segebalau dan sesengkarut ini. Terakhir, sebuah pembunuhan
terjadi bersama perginya lelaki asing yang misterius itu.
REVIEW
An. Ismanto menggambarkan detail karakter tokoh utama, David yang aneh lengkap perilakunya yang cuek, mengasingkan diri, cenderung antisosial. Alfa yang pendiam dan memuja kebenaran, Ibu yang lembut dan mudah iba, dan Guli yang kasar dan penuh dendam di matanya, berikut Pak Joko yang religius tokoh panutan masyarakat yang munafik.
Karakter tersebut muncul dan berbenturan satu sama lain dalam novel ini. An. Ismanto juga mengritik tentang sebuah status sosial yang diagung-agungkan mampu terkoyak jika keimanan itu hanya ada di bibir saja dan tidak dilaksanakan dalam pikiran dan perbuatan. Hal itu tercermin pada Pak Joko yang munafik, bersembunyi di balik topeng religiusnya, ternyata melanggar sesuatu yang ia sendiri melarangnya berdasarkan ajaran moral agama.
Dari situ kelihatan, bahwa penulis ingin membeberkan kepalsuan, kebusukan orang-orang yang merasa dirinya sudah paling suci, mampu menutupi kebusukannya dengan tedeng aling-aling berupa keimanan semu. Di situlah letak menariknya novel David ini, disajikan dengan gaya bahasa metafora, penuh simbol, kata-kata bijak dalam kitab suci, yang mampu menjadi renungan bagi pembacanya.
Anda sebagai pembaca akan diajak berpetualang di alam filsafat dengan uraian-uraian filsuf, hingga salah satu tokoh dalam novel mengalami “krisis akan Ketuhanan” yang berakibat mempertanyakan eksistensi Tuhan. Namun tidak terjebak pada skema pemikiran ateis yang sempit, justru dengan berpikir kritis, Anda akan diajak untuk mengetahui dan belajar apa yang tuhan ajarkan pada manusia lewat alam semesta dan segala isinya.
Meski ragam bahasanya konvensional namun tidak membuat kata-kata dalam novel ini menjadi kaku dan monoton. Justru sebaliknya, malah memberi sebuah kesegaran dan kebaruan kepada Anda khususnya sebagai pembaca, agar lebih dewasa dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Bahwasanya segala bentuk pelajaran dan hikmah tidak selalu berasal dari contoh yang syarat akan kebaikan saja, namun juga bisa keburukan menjadi sebuah hikmah dari sebuah peristiwa. Buku ini patut menjadi koleksi bagi pembaca yang haus akan pikiran-pikiran kritis, yang akan selalu membuat Anda selalu berpikir. Seperti kata seorang filsuf Descartes, “aku berpikir, maka aku ada.”..
(ipung_sa/Kitareview.com)