Review Buku Novel Nayla

“Novel Djenar kali ini terlihat lebih sederhana, ringan dengan pengembangan eksplorasi gaya bahasa yang cenderung lebih populer dari cerita-cerita sebelumnya.”

2
2754
review novel nayla

DATA BUKU

  • Judul Buku: Nayla
  • Jenis Buku: Novel
  • Genre: Fiksi
  • Penulis: Djenar Maesa Ayu
  • Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
  • Cetakan VI: November 2008
  • Bahasa: Indonesia
  • Tebal Buku: 180 Halaman
  • Dimensi Buku (Px L): 14 x 21 cm
  • Website resmi/email Penerbit: http://www.gramedia.com
  • No ISBN: 978-979-22-1413-0
  • Harga Buku:
      • Gramedia: Rp.35.000
      • (Harga Update Agustus 2011)

SINOPSIS NOVEL NAYLA

Nayla, seorang perempuan yang tidak mencari cinta namun kasih sayang. Namun jangan pernah sekali pun mengira bahwa Nayla, mengemis akan hal “kasih sayang” itu, terutama pada keluarga—Ibunya yang sudah lama jauh dengan Nayla. Ia mencarinya sendiri, merangkak dari dunia kegelapan yang satu kegelapan lain dan mencoba keluar untuk membuktikan kepada dunia, Nayla bisa melakukan sesuatu. Seorang perempuan yang mencari mabuk. Seorang perempuan yang sebenarnya sedang mabuk cinta tapi tidak mau mengakuinya.

REVIEW NOVEL NAYLA

Buku ini adalah novel pertama Djenar Maesa Ayu. Novel yang mengisahkan Nayla dengan kompleksitas kehidupannya. Terutama Nayla dan keluarga besarnya. Nayla bisa dikatakan terlahir di keluarga yang notebene kaya raya dan terkenal namun “broken home”. Semenjak kecil hingga hidup bersama Ibunya yang selalu memasang peniti di alat vital Nayla ketika ia malas untuk ke kamar kecil, ibunya murka karena Nayla masih juga ngompol.

review novel nayla

Dan entah kenapa sang Ibu sangat membenci sifat “malas” yang berkaitan dengan aktivitas apa pun, itulah yang kerap membuat sang Ibu murka terhadap Nayla, puncaknya Nayla diberi pilihan untuk memilih antara Ayahnya atau ikut Ibu. Di luar dugaan, Nayla malah kabur menengok ayahnya yang saat itu sedang sakit, ia malah terus terang nyaman tinggal bersama ayahnya ketimbang ibunya. Namun semenjak ada istri muda Ayahnya yang nyaris sebaya dengan Nayla, Nayla membenci perilaku munafik yang tersimpan dibalik senyuman Mbak Ratu—ibu tirinya.

Ibu tirinya kemudian menyuruh Ibunya Nayla untuk menandatangani surat rekomendasi tentang rehabilitasi Nayla berkaitan dengan pemakaian Narkoba seperti yang dituduhkan Ibu tirinya. Atas bujukan Mbak Ratu semua keluarga sepakat, Nayla dirawat di rumah perawatan anak nakal dan narkotika. Setelah menjalani rehabilitasi, terdengar kabar bahwa penguasaan hak asuh akan segera diputuskan pihak pengadilan. Namun, kejutan datang, Nayla memilih kabur, tidak memilih ikut keduanya. Ia memilih menjalani kehidupannya sendiri bersama teman-teman senasib seperjuangan yang berhasil kabur dari rumah perawatan tersebut.

Itu cerita singkat dari kisah novel ini, bahwasanya pada kenyataan, seorang anak akan dihadapkan kebingungan, kebuntuan yang amat sangat pelik ketika dihadapkan, kamu milih ikut siapa? Antara ayah dan ibu, lihatlah betapa pertanyaan egois orang dewasa itu harus keluar dari mulut mereka dihadapan gadis sekecil Nayla, sehijau Nayla, bahkan seperti anak-anak lain yang terlahir dari pasangan suami-istri yang bercerai. Kalau logikanya, seorang anak akan memilih keduanya, karena kasih sayang akan lengkap bila ayah dan ibu utuh memberikan tanpa tedeng aling-aling.

Hal itulah yang akan ditampik ayah ibunya karena berbagai alasan untuk berpisah, sang anak harus rela menjadi korban dari keegoisan ayah ibunya yang menginginkan membagi kasih sayangnya sepihak atau lantaran memilih kesenangan bersama pasangan baru mereka. Maka dari itu tak heran anak-anak yang terlahir dalam kondisi seperti “Nayla” harus menikmati getir pahit kehidupan sendiri yang tak ada memberi setetes madu bagi dirinya, ketika seorang anak melihat teman-teman sebayanya bergandengan tangan sambil tersenyum minta pelukan bersama kedua orangtuanya.

Sifat iri dengki dan angkuh itulah yang menjadikan sifat pemberontakan terhadap pergaulan dunia luar. Karena merasa dunia terasa tidak adil terhadapnya. Hal itulah yang menjerumuskan kepada perbuatan yang dilakukan seperti “Nayla”. Jiwa yang masih labil, membuatnya cepat marah, memutuskan keputusan sendiri, sering melamun, dan hal-hal yang introvert terhadap urusan masa lalu keluarganya.

Maka tak sedikit yang melarikan diri dari masa lalu itu dengan narkotika, seks bebas, dan hal-hal yang menyimpang lainnya. Seperti trauma masa kecil Nayla yang sering dihukum Ibunya dengan peniti di organ vitalnya karena sering ngompol, membuatnya ketakutan oleh sosok ibunya, dan seperti yang ia katakan dalam buku ini, “Tak pernah saya mencintai satu pun laki-laki. Tidak sebagai ayah, tidak sebagai kekasih. Saya pernah belajar mencintai perempuan. Mencintai Ibu. Tapi sayangnya, Ibu tak pernah belajar mencintai saya. Ia lebih senang belajar mencintai kekasih-kekasihnya. Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada Ibu”.

Dari perkataan Nayla tersebut ia mencoba mengungkapkan dirinya yang lebih mencintai perempuan—Juli, dibanding dengan laki-laki pada umumnya, karena alasan bahwa ia merasakan kasih sayang seorang ibu, dan perasaan itu ditemukan pada diri Juli.

Dalam tema novelnya kali ini, Djenar membuka sebuah problematika kehidupan anak “broken home” dari hasil perceraian ayah ibunya. Namun, pesan yang ingin disampaikan tidak hanya pada nasib anak yang bernama Nayla yang menjadi korban dari perceraian orangtuanya, dibalik itu tersimpan hikmah yang besar bagi masa depan Nayla yang awalnya berawal dari preman jalanan—merampok taksi hingga menjadi pegawai pasang lampu diskotek, berlanjut menjadi penari diskotek dan berakhir menjadi seorang penulis novel terkenal. Lika-liku kehidupan sosok Nayla digambarkan detail dengan sisi kelam, gelap dan banyak kekalahan-kekalahan Nayla yang kian hari membuatnya kuat untuk bangkit mencari apa yang dinamakan “kasih sayang sejati” yang tak pernah ia temukan dikeluarganya. Meskipun dengan perilaku-perilaku menyimpangnya, dan ia berusaha mengatasi kehidupannya dengan berusaha bangkit dari keterpurukan nasibnya.

Pesan penting yang dirasa dimasukkan dalam novel ini adalah, memberi sebuah harapan bagi siapa pun yang mengalami hal nasib serupa Nayla untuk jangan pantang menyerah menghadapi hidup, karena keputusan memilih hidup adalah keputusan pribadi yang tak bisa dihalangi oleh siapa pun, apa pun, apalagi opini masyarakat yang kerap terdengar seperti anjing menggongong. Hanya menasehati tanpa mau memberi keteladanan. Bertepuk sebelah tangan. Rasa optimis itulah yang ditunjukkan tokoh Nayla agar selalu kuat dan tegar dalam menghadapi hidup bila perlu menantang tanpa mau menunduk kembali.

Novel Djenar kali ini terlihat lebih sederhana, ringan dengan pengembangan eksplorasi gaya bahasa yang cenderung lebih populer dari cerita-cerita sebelumnya. Dengan menggunakan bahasa remaja, mungkin karena tokohnya Nayla masih berumur 14 tahun. Ditambah dengan gaya penuturan yang menarik, coba bisa dibayangkan bahwa buku ini, adalah tulisan Nayla sendiri dalam hari-harinya seperti pencantuman catatan harian diary Nayla.

Dan proses kreatifnya sebagai pengarang penulis fiksi yang menampilkan contoh cerpennya berjudul “Laki-Laki Binatang” dan menariknya mengambil tokohnya dengan nama Djenar, seperti penulis novel “Nayla” ini. Karena novel ini bertolak dari semua pengalaman batin, ekspresi jiwa Nayla yang ditulis dengan segenap perasaannya. Dan Djenar merupakan “tangan panjang” Nayla dalam mendokumentasikan pengalaman hidup Nayla tersebut.

Hal ini adalah wujud kebaruan yang dikenal dalam gaya penulisan pengarang sekarang. Dari sudut pandang mana pun mereka mencoba mengulas sebuah cerita dan pengarang mampu berinteaksi dengan lawannya, si tokoh dalam ceritanya, seperti interaksi Djenar dengan Nayla dalam novel Nayla ini.

Kebaruan yang lain muncul pada nama-nama endorsement yang melekat di belakang sampul buku ini, yang kebanyakan—bahkan semua penulis mencantumkan endorsment dari penulis-penulis terkenal, jam terbang kepenulisan tinggi. Namun Djenar mampu menciptakan iklim tanpa endorsement dari mereka—para penulis terkenal. Karya yang baik pasti akan dicari oleh pembacanya. Terkadang endorsement malah menyesatkan. Untuk menghilangkan iklim penyesatan tersebut, Djenar melobi para tokoh-tokoh dalam novel Nayla ini untuk mengungkapkan isi hati mereka terhadap tokoh lawan mainnya dalam buku ini. Hal ini menarik bukan. Bahwa tokoh-tokoh fiksi juga memiliki kesempatan untuk mengritisi lawan main atau pun penulisnya.

Meskipun karya ini fiksi, namun tersirat sebuah realita, bahwa sisi kehidupan tak selalu bahagia, senang, tanpa airmata namun di sisi lain juga ada derita, luka dan ketakutan. Karena Tuhan menciptakan sesuatu berpasangan, ada laki-laki dan wanita, ada bahagia dan derita. Satu hal yang penting, pada akhirnya tidak masalah para tokoh novel Nayla memiliki karakter paling bengal, sundal, kasar, keras kepala, pengkhianat, kesakitan, kalah, dan hal-hal yang negatif sekali pun, Anda bisa memetik pelajaran untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Di situlah peran Anda—sebagai pembaca. Selamat memilih.

(ipung_sa/Kitareview.com)

REVIEW OVERVIEW
Review Novel Nayla
8.6
Previous articleReview Buku Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
Next articleThe Gas Room
review-novel-naylaNovel Djenar kali ini terlihat lebih sederhana, ringan dengan pengembangan eksplorasi gaya bahasa yang cenderung lebih populer dari cerita-cerita sebelumnya.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here