DATA FILM
- Judul Film: Predators
- Genre: Aksi – Sci-Fi
- Sutradara: Nimród Antal
- Penulis Skenario: Michael Finch – Alex Litvak – Jim Thomas – John Thomas.
- Produser: Robert Rodriguez – John Davis – Elizabeth Avellan.
- Studio Produksi: Twentieth Century Fox Film Corporation – Troublemaker Studios – Davis
- Entertainment
- Distributor: 20th Century Fox
- Negara: Amerika Serikat
- Bahasa: Inggris
- Durasi: 102 minutes
- Tahun rilis: 7 Juli 2010 (Indonesia)
PEMERAN UTAMA
- Adrien Brody sebagai Royce
- Alice Braga sebagai Isabelle
- Topher Grace sebagai Edwin
- Oleg Taktarov sebagai Nikolai
- Walton Goggins sebagai Stans
- Louis Ozawa Changchien sebagai Hanzo
- Mahershalalhashbaz Ali sebagai Mombasa
- Danny Trejo sebagai Cuchillo
- Laurence Fishburne sebagai Noland
SINOPSIS FILM PREDATORS
Roysce tiba-tiba panik ketika ia baru sadar dari pingsannya. Kepanikannya sangat beralasan lantaran ia sekarang berada di udara dengan parasut dipunggungnya. Jika ia terlambat menyadari keadaan itu dan terlambat menarik parasut, pastilah ia tidak akan selamat. Sesampainya di tanah, ia menemukan kondisi yang sama terjadi dengan beberapa orang. Tidak ada ada satupun dari mereka yang mengetahui alasan kejadian yang menimpa mereka.
Hingga akhirnya mereka berhadapan dengan sesuatu yang tidak mereka kenali. Kondisi hidup-mati pun harus mereka lalui dengan satu prinsip; jika mereka mau tetap hidup, mereka harus mengetahui siapa atau apa yang mereka hadapi. Pada saatnya mereka mengetahui lawan mereka, sesungguhnya mereka juga telah dipelajari dan ditandai. Ternyata, hanya bahaya yang ada di hadapan mereka.
TRAILER
REVIEW FILM PREDATORS
Ketika tahun 80-an beranjak usai, hollywood memperkenalkan sosok alien aneh yang datang ke bumi entah untuk tujuan apa. Namun, makhluk itu serta-merta membawa ketakutan sekaligus aksi menakjubkan ketika dia dihadapkan satu lawan satu dengan Arnold Schwarzenegger. Film ini merupakan salah satu film monumental bagi Arnold yang turut berjasa menjulangkan namanya. Padahal, kelas film tersebut termasuk kelas B. Hingga akhirnya versi baru dari Predator hadir lagi tahun lalu dengan judul jamak: Predators.
Berkali-kali Kita, dan mungkin juga Anda, telah menonton versi lanjutan dari Predator. Dari cerita standar ala amerika yang melibatkan pihak kepolisian dalam perburuan di Predator 2, hingga sang predator dilawankan dengan makhluk dari franchise film lain, Alien, di Alien VS Predator. Entah apalagi yang bisa digali dari film dengan versi sequel yang sudah cukup banyak ini. Namun, Nimród Antal sebagai sutradara rupanya masih melihat celah dari cerita pemburu luar angkasa ini. Di film inilah Anda akan dibawa ke dunia lain, tempat alternatif para predator itu berburu. Karena dari segala kemungkinan yang ada, ternyata tidak selamanya mereka berburu di Bumi
Cara mengalurkan cerita dalam film ini bisa dibilang cerdik. Dengan membawa latar film ke tempat antah berantah, sutradara sudah membuat ruang sendiri untuk penceritaannya. Kaitan film ini sendiri dengan film pertama tidak banyak. Cukup dengan sedikit cerita kilas balik dari salah satu tokoh, yang sayangnya tanpa penggambaran, dan cerita film sudah tersambung begitu saja dengan film sebelumnya. Begitu saja! Selanjutnya Anda akan dihidangkan cerita Predator yang lebih kompleks. Banyak fakta baru yang diberikan film ini. Karena ternyata ada kasta di dalam spesies Predator.
Mereka juga punya jenis dan spesifikasi keahlian masing-masing. Makin dilihat, makin terasa bahwa para Predator memang makin “terasa” mirip manusia. Mereka punya jenis, mereka punya kualifikasi khusus di antara mereka, mereka juga punya kasta. Bukankah ini semua sifat manusia? Mungkin ini juga yang coba disiratkan bahwa judul Predators bisa mengacu pada para makhluk asing atau justru manusia yang ada di sana. Keambiguan ini bisa dimaklumi karena tiap tokoh dalam film membawa “label” pembunuh dalam diri mereka masing-masing; tentara bayaran, pasukan berani mati, pembunuh, sampai narapidana. Dengan jejeran karakter seperti ini, ekspektasi besar penonton telah menanti untuk menyaksikan tiap aksi mereka juga para predator.
Namun, sangat disayangkan, kompleksitas cerita dan tokoh-tokoh sadis yang memenuhi film ini tidak membawa banyak hal istimewa. Terus terang, tidak ada cekaman berarti dari hampir dua jam menonton film ini. Setiap tokoh manusia tidak diberi kesempatan luas dalam melawan para predator. Ada yang terlalu cepat mati, ada yang terlalu payah, ada yang tidak jelas, dan itu semua membawa mereka ke dalam satu kondisi kacau. Kehadiran Laurence Fishburne ke dalam kelompok ini di pertengahan film sedikit membawa harapan akan sebuah perlawanan sengit. Namun, lagi-lagi, cerita film malah berbelok ke arah yang tidak diduga, yang justru tidak terlalu menyenangkan.
Harus kita akui bahwa Predator versi Arnold telah menjadi monumen. Mungkin karena itu setiap versi barunya selalu terasa kekurangan sesuatu. Begitu juga film ini. Faktor cekaman yang kurang dieksplorasi maksimal mungkin bisa jadi perhatian lebih. Ketika dulu menonton Predator, Anda akan dihadapkan pada sebuah kondisi misterius. Film aksi yang bernuansa thriller dengan cekaman yang mencekat leher. Beginilah cara yang ideal untuk membungkus cerita film dengan makhluk misterius di dalamnya. Tapi, rupanya penonton sudah terlanjur mengenal makhluk ini dengan baik. Sudah empat film dipertemukan dengan mereka. Bahkan dalam satu versi, manusia sudah membantu mereka memenangkan pertarungan melawan Alien. Di mana lagi sisi misterius yang bisa menarik rasa takut dalam menonton film ini?
Film ini juga tidak menunjukkan superioritas satu orang layaknya yang ditampilkan Arnold dalam film pertama. Terlalu banyak tokoh yang berusaha menyelamatkan diri membuat fokus pada pertarungan terakhir sebagai klimaks menjadi kabur. Padahal pertarungan terakhir selalu ditunggu. Setiap versi berusaha mengulang klimaks seperti epik dalam film pertama. Kerinduan akan aksi satu lawan satu seperti yang dilakoni Arnold selalu membayangi klimaks setiap versi film predator. Mungkin, tokoh Dutch yang diperankan Arnold terlalu “berdaging” sehingga tidak ada yang bisa menandinginya sampai saat ini. Tokoh yang tidak bisa diulang, diperbaharui, apalagi diganti. Setidaknya itu yang Kita lihat.
Paling tidak, film ini membuka ruang untuk sequel. Akhiran terbuka yang dilakukan Antal seperti meniscayakan itu. Beberapa berita yang berseliweran di internet juga mengarahkan kesimpulan akan adanya lanjutan dari Predators. Semoga cerita film selanjutnya bisa lebih fokus dan mencekam, dan masih ada ruang dalam cerita film ini yang bisa digali menjadi sebuah film yang layak kenang. Meskipun itu hal yang sulit, sebagai penonton yang baik, janganlah berhenti berharap =)
(AriefJuga/Kitareview.com)