“Jika pada edisi sebelumnya Kumpulan cergam “Kampungan” menampilkan ROMANSA sebagai tema, kali ini HOROR jadi menu utama.”
DATA BUKU
- Judul: Kampungan Cerita Syereem
- Jenis Buku: Komik
- Genre: Horor
- Penulis: Yudhi Faisal – Shanty Sheba – Amet, Man – Ifan A. Ismail – Apriyadi K. – AM. Taufiq – Jakwan – Asnar Zacky
- Penerbit: Gajah Jambon
- Cetakan Pertama: Juni 2010
- Bahasa: Indonesia
- Tebal Buku: 104 halaman
- Dimensi Buku (P x L): 17,5 x 24 cm
- Website Resmi Penerbit: http://www.gajahjambon.com
- Nomor ISBN: 978-602-96312-1-0
- Harga Buku:
- Gramedia: Rp.25.000
- (Harga Update April 2011)
DATA LAINNYA
- Seri Kampungan Lainnya:
- Kampungan Romansa
- Kampungan Enak Bangets
SINOPSIS
Setelah membuai diri dengan kisah-kisah romantis pada edisi sebelumnya, cergam kampungan kali ini menghibur pembaca dengan kisah-kisah mistik yang menyeramkan. Mumpung hal-hal mistik itu keberadaannya misterius dan multitafsir sehingga rasanya asyik untuk dikisahkan dalam gambar. Seperti biasa, ada enam kisah cergam yang terkumpul. Sebagian diantaranya adalah kisah dari mulut ke mulut dan sebagian lain merupakan interpretasi pengarang cerita dan gambar pada hal-hal yang dianggap menyeramkan.
REVIEW
Jika pada edisi sebelumnya Kumpulan cergam “Kampungan” menampilkan ROMANSA sebagai tema, kali ini HOROR jadi menu utama.
Enam cerita terhidang: Si Bigau, Ayya, Pada Selembar Batik Cap, Perempuan di Atas Pohon, Jurig Buntung, dan Otak-Atik.
“Si Bigau”, karya Yudi Faisal dan digambar oleh Santhy Sheba dan Champo Studio. Ini folklore dari Sumatera Barat tentang siluman babi yang menggembalakan babi putih. Dia terusik karena hewan peliharaannya mati terbunuh pemuda-pemuda ceroboh. Bigau minta tumbal. Hiiii…
Pada kisah “Ayya”, ciptaan Amet dan digambar oleh Man, dituturkan tentang seorang gadis yang mengalami kepahitan hati terhadap orang-orang di sekitarnya. Semuanya laki-laki yang menyakiti perasaannya: kekasih, teman, dan ayah. Saat kecelakaan Ayya memasuki alam batas kehidupan dan kematian. Dia berubah menjadi jiwa penasaran yang mengambil jiwa orang-orang yang menyakitinya.
Sedangkan dalam kisah “Pada Selembar Batik Cap”, pembaca diajak membaca cerita dengan ilustrasi horor memikat tentang keluarga tentara yang terkena kutukan batik cap. Kesuksesan perusahaan batik cap yang bertahan di tengah turunnya minat terhadap batik rupanya memakan tumbal jiwa yang tidak sedikit. Membaca cerita ini, mengingatkan Kita akan kisah-kisah horor klasik dengan setting bangunan kuno di sebuah daerah terpencil dengan kisah hantu yang melekat erat. Mantap!
Ini dia gambar dan cerita yang paling Kita suka: “Perempuan di Atas Pohon” garapan Aziza Noor. Aziza mencoba menjelaskan salah kaprah tentang kuntilanak yang beredar di masyarakat. Menurutnya, kuntilanak itu penjaga setia. Bukan makhluk yang mesti ditakuti. Dia itu pernah menjadi “ibu”. Seorang ibu tak mungkin menyakiti orang lain. Gaya gambar Aziza makin matang di sini (Kita membandingkannya dengan gambarnya dalam salah satu cerita di antologi komik “TUJUH”).
Nah pada cerita “Jurig Buntung” karya AM Taufiq dan divisualiasikan oleh Jakwan, Anda akan kembali melihat urban legend. Kali ini tentang tukang es yang kakinya buntung. Cara gambarnya rada kocak jadinya ga terlalu seram. Eksekusi cerita yang bagus.
Terakhir ialah “Otak-Atik”. Sekilas melihat judulnya, Kita kira tentang kisah otak hantu atau apalah yang berbau-bau otak dan orang freak. Ternyata tidak. Ini benar-benar reinterpretasi horor. Mengambil latar Jogja yang semakin hi-tech dan meninggalkan kebudayaan serta kemanusiaannya. Nyi Roro Kidul yang marah memanggil seluruh elemen bumi untuk menghancurkan Jogja dan membuat orang-orang dari berbagai lapisan kembali berembuk dan menjadi manusia kembali. Karya Zacky ini punya ciri khas. Apik.
Enam cerita terhidang: Si Bigau, Ayya, Pada Selembar Batik Cap, Perempuan di Atas Pohon, Jurig Buntung, dan Otak-Atik.
“Si Bigau”, karya Yudi Faisal dan digambar oleh Santhy Sheba dan Champo Studio. Ini folklore dari Sumatera Barat tentang siluman babi yang menggembalakan babi putih. Dia terusik karena hewan peliharaannya mati terbunuh pemuda-pemuda ceroboh. Bigau minta tumbal. Hiiii…
Pada kisah “Ayya”, ciptaan Amet dan digambar oleh Man, dituturkan tentang seorang gadis yang mengalami kepahitan hati terhadap orang-orang di sekitarnya. Semuanya laki-laki yang menyakiti perasaannya: kekasih, teman, dan ayah. Saat kecelakaan Ayya memasuki alam batas kehidupan dan kematian. Dia berubah menjadi jiwa penasaran yang mengambil jiwa orang-orang yang menyakitinya.
Sedangkan dalam kisah “Pada Selembar Batik Cap”, pembaca diajak membaca cerita dengan ilustrasi horor memikat tentang keluarga tentara yang terkena kutukan batik cap. Kesuksesan perusahaan batik cap yang bertahan di tengah turunnya minat terhadap batik rupanya memakan tumbal jiwa yang tidak sedikit. Membaca cerita ini, mengingatkan Kita akan kisah-kisah horor klasik dengan setting bangunan kuno di sebuah daerah terpencil dengan kisah hantu yang melekat erat. Mantap!
Ini dia gambar dan cerita yang paling Kita suka: “Perempuan di Atas Pohon” garapan Aziza Noor. Aziza mencoba menjelaskan salah kaprah tentang kuntilanak yang beredar di masyarakat. Menurutnya, kuntilanak itu penjaga setia. Bukan makhluk yang mesti ditakuti. Dia itu pernah menjadi “ibu”. Seorang ibu tak mungkin menyakiti orang lain. Gaya gambar Aziza makin matang di sini (Kita membandingkannya dengan gambarnya dalam salah satu cerita di antologi komik “TUJUH”).
Nah pada cerita “Jurig Buntung” karya AM Taufiq dan divisualiasikan oleh Jakwan, Anda akan kembali melihat urban legend. Kali ini tentang tukang es yang kakinya buntung. Cara gambarnya rada kocak jadinya ga terlalu seram. Eksekusi cerita yang bagus.
Terakhir ialah “Otak-Atik”. Sekilas melihat judulnya, Kita kira tentang kisah otak hantu atau apalah yang berbau-bau otak dan orang freak. Ternyata tidak. Ini benar-benar reinterpretasi horor. Mengambil latar Jogja yang semakin hi-tech dan meninggalkan kebudayaan serta kemanusiaannya. Nyi Roro Kidul yang marah memanggil seluruh elemen bumi untuk menghancurkan Jogja dan membuat orang-orang dari berbagai lapisan kembali berembuk dan menjadi manusia kembali. Karya Zacky ini punya ciri khas. Apik.
“Kampungan” edisi kedua ini tebalnya jauh berkurang dibandingkan dengan edisi sebelumnya, namun pembaca boleh berbahagia karena ada hadiah berupa notes keren. Selain itu, isinya tetap ciamik. Dan harganya tetap lho!
Selamat ketakutan. Hiiiiii…. 🙂(yasyus/Kitareview.com)