“Secara garis besar, Prince of Persia: The Sands of Time tidaklah mengecewakan untuk sebuah film hiburan.”
DATA FILM
- Judul Film: Prince of Persia: The Sands of Time
- Genre: Action – Fantasi
- Sutradara: Mike Newell
- Penulis Skenario: Jordan Mechner – Boaz Yakin – Doug Miro – Carlo Bernard
- Produser: Jerry Bruckheimer – Chad Oman – Eric Mcleod – Mike Stenson
- Studio Produksi: Jerry Bruckheimer Films
- Distributor: Walt Disney Pictures
- Negara: Amerika
- Bahasa: Inggris
- Durasi: 116 menit
- Tahun Rilis: 27 Mei 2010 (Indonesia)
PEMERAN UTAMA
- Jake Gyllenhaal sebagai Dastan
- Gemma Arterton sebagai Tamina
- Ben Kingsley sebagai Nizam
- Alfred Molina sebagai Sheik Amar
- Steve Toussaint sebagai Seso
- Toby Kebbell sebagai Garsiv
SINOPSIS
Suatu hari, berawal dari sebuah penyerbuan yang dilakukan oleh ketiga orang Pangeran Persia tersebut ke sebuah kota suci, Alamut. Di kota ini Dastan tidak sengaja menemukan sebuah belati yang belakangan nanti dikenal dengan nama Dagger of Time. Sesuai dengan namanya, Dagger of Time bukanlah belati biasa, senjata tersebut berisikan sebuah pasir yang memiliki kekuatan untuk membalikan waktu. Dengan kekuatan luar biasa seperti itu, tentu dibutuhkan sebuah tanggung jawab besar untuk menjaganya agar tidak jatuh ketangan yang salah. Dan itulah tugas seorang Putri Tamina yang memliliki beban berat untuk menjaga belati keramat tersebut bersama Dastan, agar tidak jatuh kedalam kekuasan jahat, yang ingin menggunakannya untuk menguasai kerajaan Persia.
TRAILER
REVIEW
Kini, pada musim panas tahun ini, hadir satu lagi film berbasis video game ternama yang diangkat ke layar lebar. Yup, Prince of Persia: The Sands of Time yang diadaptasi bebas dari sebuah game action-adventure produksi Ubisoft Montreal tahun 2003 lalu, bisa dibilang merupakan salah satu film yang paling ditunggu penayangannya. Bukan hanya karena faktor dari game aslinya yang sukses besar, namun karena hadirnya nama besar dibaliknya. Ya, nama besar seorang produser bertangan dingin, Jerry Bruckheimer jelas adalah sebuah nama yang menjadi jaminan akan sebuah film blockbuster yang menjanjikan hiburan bermutu. Apalagi mengingat tidak sedikit kocek yang dikeluarkan Bruckheimer, dalam menggarap salah satu film yang juga menjadi andalan Walt Disney sebagai mesin pengeruk uang pada tahun 2010 ini. Penunjukan sutradara asal Inggris, Mike Newell yang memiliki track record cukup baik, juga seakan akan menegaskan bahwa film adaptasi game satu ini memang patut diperhitungan dalam “summer movie wars” tahun ini.
Secara garis besar, Prince of Persia: The Sands of Time tidaklah mengecewakan untuk sebuah film hiburan. Cerita yang disajikan memang tidak langsung mengambil mentah- mentah cerita dari game orisinilnya. Dengan perombakan sana-sini yang dilakukan oleh 4 orang yang bertanggung jawab di balik penulisan ceritanya, Jordan Mechner, Boaz Yakin, Doug Miro dan Carlo Bernard, kisah petualangan pangeran Persia ini berhasil dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat lebih kompleks dari game-nya.
Unsur-unsur kepahlawanan, pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, politik, pengkhianatan, persaudaran, time travel dan magic, yang mampu di mix dengan cukup baik dan bersahabat untuk dapat dinikmati semua kalangan. Walaupun tidak bisa dipungkiri, plot yang ditampilkan film berdurasi 116 menit ini juga terkesan cheesy layaknya tipe film “popcorn” kebanyakan. Selain ceritanya yang standar dan klise, beberapa elemen-elemen dari game-nya juga kurang digarap dengan maksimal.
Seperti kehadiran Dagger of Time yang pada game-nya benar-benar menjadi objek fital, di film ini terkesan hanya sebagai sebuah ‘perhiasan’ keramat, yang kekuatannya hanya digunakan dua kali sepanjang film. Bahkan sebagai senjatapun belati ini tidak banyak gunanya selain hanya membantai ular-ular berbisa, dan sebagai bahan oper-operan sana-sini. Adegan-adegan aksi yang melibatkan Pangeran Dastan juga kurang “wah”, semua adegan pertarungan dan kejar-kejaran yang disertai aksi parkour dan akrobatik pun tidak segarang yang di perkirakan sebelumnya. Padahal elemen-elemen diatas termasuk yang paling diharapkan untuk dapat diekslpoitasi besar-besaran dalam film berbiaya 200 juta Dollar ini.
Sekali lagi, pengunaan spesial efek sangat berperan besar untuk menjadikan Prince of Persia: The Sands of Time, sebuah tontonan yang memanjakan mata penontonnya. Efek-efek yang dihasilkan oleh Dagger of Time benar-benar disajikan dengan cantik dan sangat detil. Namun sayang adegan-adegan luar biasa tersebut tidak berlangsung lama, baru saja penonton terkesima dengan efek yang disajikan, tiba-tiba saja adegannya selesai, dan harus menunggu lama untuk menyaksikannya kembali. Selain efek Dagger of Time yang disajikan dengan sangat baik, efek CGI juga mampu menampilkan segala landscape-landscape indah dan menawan, pemandangan negeri Persia dari kota-kotanya yang kumuh, istana yang megah, sampai padang pasirnya yang gersang.
Jujur saja, Jake Gyllenhaal yang awalnya diragukan mampu membawakan karakter Pangeran Persia, ternyata tampil tidak mengecewakan. Hal ini tidak terlepas dengan sedikit dirubahnya karakter sang Pangeran, dari seorang yang dingin pada game-nya menjadi seseorang yang lebih santai dan humoris. Walaupun tidak ada yang istimewa dalam aktinganya, namun setidaknya dedikasi yang dilakukan oleh Gyllenhaal patut diacungi jempol. Karena untuk memerankan sosok Dastan ia rela berusah payah berlatih beban untuk menambah massa ototnya, agar dapat tampil lebih meyakinkan.
Satu lagi sosok yang menjadi perhatian besar, khususnya kaum adam adalah kehadiran aktris cantik, Gemma Arterton. Kali ini sebagai Princess Tamina, Gemma tidak hanya berperan sebagai pemanis belaka seperti yang ia lakukan dalam remake Clash of The Titans, namun kehadirannya berpengaruh besar terhadap jalan cerita. Sebagai love interest sang Pangeran, Gemma cukup pas membawakan perannya sebagai putri yang cantik sekaligus cerewet. Walaupun agak aneh melihat sosok seorang putri negeri Persia yang sama sekali tidak memiliki wajah timur tengah, apalagi ditambah aksen Inggris-nya yang kental. Jangan lewatkan juga kehadiran actor-aktor terkenal lainnya, seperti Ben Kingsley, yang sekali lagi tampil bagus sebagai tokoh antagonis bernama Nizam. Ada juga Alfred Molina, yang tampil kocak sebagai Sheik Amar, pemilik pacuan burung unta yang banyak omong.
Overall, untuk ukuran sebuah film adapatasi video game, Prince of Persia: The Sands of Time bisa dibilang sudah berusaha tampil sebaik mungkin, walaupun tidak menawarkan sesuatu yang luar biasa, setidaknya film ini sudah memiliki kriteria sebagai salah satu film blockbuster pengeruk uang terbesar tahun ini. Sekuel? Mungkin saja, semuanya terngantung dari seberapa besar Dollar yang berhasil diraih oleh film ini. Dan jika sampai gagal, sebaiknya Jerry Bruckheimer berharap bahwa Dagger Of Time benar-benar ada =)
(Hary/Kitareview.com)