“Bisa dibilang, Shrek: Forever After ini adalah film cerita romantis sederhana yang dikemas apik oleh humor yang mengena 🙂”
DATA FILM
- Judul: Shrek Forever After
- Genre: Animasi – Keluarga – Komedi – Petualangan
- Produser: Gina Shay
- Sutradara: Mike Mitchell
- Penulis: William Steig
- Studio: DreamWorks Animation
- Distributor: Paramount Pictures
- Negara: Amerika
- Bahasa: Inggris
- Durasi: 103 Menit
- Tahun Rilis: 21 Mei 2010 (Indonesia)
PENGISI SUARA
- Mike Myers sebagai Shrek
- Eddie Murphy sebagai Donkey
- Cameron Diaz sebagai Princess Fiona
- Antonio Banderas sebagai Puss in Boots
- Walt Dohrn sebagai Rumpelstiltskin
SINOPSIS
Shrek yang sedang menghadapai stres mengadakan perjanjian dengan Rumpelstiltskin untuk mendapatkan satu hari kebebasan ketika Shrek dilahirkan. Perjanjian tersebut malah membawa kekacauan karena Shrek tidak pernah dilahirkan. Diceritakan di film tersebut bahwa Shrek berada pada keadaan tidak mengenal teman-temannya dan juga Fiona sementara itu kerajaan Far far away dikuasi oleh Rumpelstiltskin. Shrek dan teman-temannya harus menghadapi lelaki peniup suling yang dapat membuat gergasi atau raksasa menari-nari saat mendengar bunyi sulingnya. Shrek pun harus menghadapi berbagai tantangan termasuk mengalahkan Rumpelstiltskin untuk mendapatkan kembali kebahagiannya
.
TRAILER
REVIEW
Saat scene pertama dimulai, penonton akan disajikan sebuah kisah Shrek sebelumnya dari sebuah buku. Sebuah kisah “another version” tentang peran orang tua Putri Fiona untuk menyelamatkan anaknya. Dongeng sebelum film dimulai memang selalu ditampilkan di film-film Shrek sebelumnya. Mungkin untuk membuat film ini berciri khas.
Film yang olah suaranya diisi oleh bintang-bintang top Hollywood ini juga mempunyai karakter dan penokohan yang kuat. Jadi mungkin bukan Shreknya saja yang menjadi idola. Donkey, Puss in the Boots mungkin juga menjadi primadona.
Berbeda dari dua film sebelumnya, film ini lebih bercerita tentang pergolakan batin Shrek dalam memlih menjadi Ogre jahat yang selalu ditakuti atau menjadi good Ogre yang harus selalu ramah dalam meladeni permintaan orang-orang disekitarnya, termasuk harus sabar mengurusi 3 anaknya yang hiperaktif. Dari kebimbangan Shrek itulah, sang karakter antagonis, Rumpelstiltskin, memanfaatkan situasi untuk menghancurkan hidup Shrek.
Mungkin kekurangan dari film ini adalah terlalu cepatnya jalan cerita hingga tak terasa saat kita menontonnya, tahu-tahu sudah habis saja filmnya. Music scoring di film ini juga memegang peranan untuk membuat film ini lebih hidup. Bisa dibilang, Shrek: Forever After ini adalah film cerita romantis sederhana yang dikemas apik oleh humor yang mengena 🙂
(Poetra/Kitareview.com)